Entri Populer

Minggu, 18 September 2011

LOMBA KARYA KOMIK TOKOH SEJARAH (LKKTS)

Lomba ini bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi dan kreatifitas generasi muda Indonesia dalam pemahaman nilai-nilai kesejarahan, serta menumbuh kembangkan dan menggairahkan minat komikus  muda untuk membuat komik sejarah sebagai bacaan alternatif sejarah.


Lomba ini ditujukan untuk umum dengan mengangkat subtemah "TOKOH SEJARAH LOKAL DAN NASIONAL DALAM PEMBANGUNAN NILAI-NILAI NASIONALISME DAN KEBANGSAAN PADA GENERASI MUDA INDONESIA".

LKKTS adalah aktivitas yang baru kali ini dilaksanakan dalam PENTAS 2011. 
Para finalis yang telah tersaring  mempresentasikan karya komik mereka pada hari sabtu 17 september 2011 di Gedung Juang Palu, yang disaksikan oleh dosen, guru, mahasiswa, siswa SLTA dan pemerhati sejarah dari kota Palu. 

Presentasi karya komik sejarah oleh para finalis berlangsung dari jam 08.30 hingga 15.00 Wita.


satu per-satu finalis mempresentasikan hasil karya komik mereka. Selain dewan juri, para dosen, mahasiswa serta pelajar yang ikut menyaksikan presentasi tersebut berhak memberikan pertanyaan kepada para finalis seputar tema komik yang dipresentasikan.

Berikut 5 orang finalis yang bertaruh mempresentasikan hasil karya komik mereka:

 
NI MADE FRISCHA ASWARINI
Jurusan Sejarah Universitas Udayana Bali
Judul Komik "Ibu Metra Berjuang Lewat Surat"

Ibu Metra adalah salah satu pahlawan lokal dari Bali. Selama revolusi fisik di Bali tahun 1945-1949, Ibu Metra yang saat masih gadis bernama Ida Ajoe  Mas Mirah berperan sebagai kurir surat dan pengantar informasi rahasia yang sangat diperlukan untuk menyusun strategi perang melawan NICA di Bali.
Ia adalah satu dari sekian sosok  pejuang yang namanya tak banyak tercatat dalam buku sejarah.
Kisah diawali dengan datangnya para pemuda pejuang yang tergabung dalam Markas Besar Oemoem (MBO) ke banajr Beratan,  Singaraja, di mana Ibu Metra berada. Setelah long march dan berperang dengan NICA, para pemuda memutuskan untuk  menggalang kekuatan di desa-desa sembari menyiapkan diri untuk perang selanjutnya.
Saat itu tahun 1949, Belanda tengah berusaha merebut kemerdekaan yang telah diraih Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Selama berada di desa, pasukan MBO melakukan berbagai aksi penyamaran. Kerahasiaan identitas mereka terjaga karena dukungan warga dan peran para penghubung atau kurir yang menyusup sebagai intel ke tempat-tempat musuh.
Terkenallah nama Ibu Metra. Janda dari pejuang Nengah Metra ini menjadi penghubung di seantero pulau Bali, bahkan hingga ke Lombok.
Banjar Beratan berkembang menjadi salah satu pusat perjuangan di Bali. Di situ MBO mengadakan pertemuan-pertemuan, merumuskan strategi perang, pengobatan pejuang yang sakit juga dilakukan di Banjar Beratan. Maka peran Ibu Metra tak terelakkan.
  

MUHNI
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Judul Komik "Jendral Soedirman Berjuang Antara Penyakit dan Kedaulatan Indonesia"

Latar Belakang
Jendral Soedirman adalah salah satu pahlawan yang paling berjasa  dan merupakan Jendral  Besar.
Perjuangannya yang gigih dalam melawan penjajah dan penyakit TBC yang dideritanya.
Mengandalkan fisik dan otak
Karakteristik Komik
*Gambar tokoh yang sederhana.
*Diawali  dan diakhiri dengan  cerita masa sekarang
*Cerita yang sederhana cocok untuk anak-anak dalam *memotivasi mereka agar memiliki jiwa yang besar
  Tokoh Cerita

*Jima dan Kawan-Kawan "Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi"
*Kakek “Pencerita Sejarah Jendral Soedirman
*Jendral Soedirman “Seorang pejuang Indonesia yang tidak mengenal lelah walaupun dalam keadaan sakit untuk melawan penjajah
*Pasukan Jepang dan BelandaSangat ambisius serakah, dn tidak berperikemanusiaan
Para Pejuang Indonesia.


Makna Cerita
*Untuk mengingatkan kepada anak-anak bangsa Indonesia mengenai perjuangan para pahlawan melawan penjajah.
*Memotivasi anak-anak bangsa indonesia untuk membangun negeri Indonesia menjadi lebih baik.
*Agar anak-anak penerus bangsa Indonesia dapat mempertahankan kekayaan alam milik bangsa Indonesia 


Diyana Millah Islami
Universitas Jember
Judul Komik "Kiai As'Ad Singa dari Situbondo"



K.H.R. As’ad Syamsul Arifin, lahir di Mekkah pada tahun 1897  ketika orang tuanya, Raden Ibrahim dan Siti Maimunah,  menunaikan ibadah haji.

Pada umur 6 tahun Kiai As’ad tinggal di Pesantren Sumber Kuning, Pamekasan, Madura. Pada usia 11 tahun, Kiai As’ad diajak ayahnya menyeberangi laut dan membabat hutan disebelah timur Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, yang waktu itu terkenal angker.

Kiai As’ad menghimpun para bajingan ke dalam wadah “Pelopor”. Pelopor dibentuk untuk berjuang membela agama dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari Penjajah.

Setelah Perang Dunia II, Belanda datang ke Indonesia bersama sekutunya (Inggris).
Pada tanggal 22 Oktober 1945 diadakan pertemuan pengurus NU, dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari dan menghasilkan “Resolusi Jihad”.       Kiai As’ad hadir dalam pertemuan tersebut.

Pada tanggal 25 Oktober 1945, 6 ribu tentara Inggris  dipimpin A.W.S. Mallaby mendarat di Tanjung Perak, Surabaya.

Pada tanggal 30 Oktober 1945 A.W.S. Mallaby  tewas. Panglima tentara Sekutu, Jendral Christison mengancam rakyat Surabaya. Sementara itu, Laksmana Muda Peterson bersama 1.500 anak buahnya mendarat diam-diam di Surabaya.

Kiai As’ad kemudian mengundang para bajingan Madura ke Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, untuk dilatih berperang. Selain itu, ia mengumpulkan anggota Pelopor di daerah Situbondo, Bondowoso, Jember, dan Banyuwangi.
Beliau kemudian menyiapkan anggota Pelopor untuk berjuang melawan Belanda dengan memberikan tugas yang cukup jelas sesuai dengan latar belakang dan keahliannya masing-masing. 


Lia Nurjanah
Institut Pertanian Bogor
Judul Komik "Lorong Waktu Pendidikan RA Kartini Cs Kihajar Dewantara"

Motivasi menulis komik ini adalah untuk mengenang RA. Kartini dan Kihajar Dewantara, dengan melihat banyaknya anak-anak Indonesia yang kini menangis karena tidak mampu sekolah, terhimpit kemiskinan,  hidup dijalanan, tenggelam dalam miras serta obat terlarang, sekalipun sekolah tidak memiliki kepekaan moral, tawuran dan banyak mengenal kekerasan, berjuang dalam lumpur kesengsaraan dan kebodohan, dan mati ditanah air tanpa dikenal dan berarti.


Anak-anak yang terpenjarah dalam pagar berduri yang terbuat dari kemiskinan sistem sosial, politik, hukum, pendidikan dan budaya yang diskriminatif pada anak laki-laki dan perempuan. 

Bukankah kita telah diajarkan bagaimana semangat  juang untuk melindungi pendidikan anak-anak bangsa ini?.


RA Kartini telah berkataKami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama” dan Ki Hajar Dewantara berkata  Tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada  (di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, di depan memberi teladan).
Khairul Umam
Judul Komik "Bung Tomo Sang Pengobar Semangat"

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar